Jangan Putus Asa

Agama melarang kita untuk putus asa. Sebaliknya menganjurkan kita bersikap optimis dan berfikir jauh ke depan.

Orang yang mudah putus asa pertanda bahwa dia tidak mensyukuri nikmat. Ia lupa bahwa nikmat Tuhan begitu banyak materi dan inmateri, termasuk nikmat akal, hati dan fisik yang dapat dimanfaatkan bekerja secara produktif.

Sekali lagi, agama mengajarkan setiap insan selalu optimis dan selalu berfikir dengan orientasi ke depan. Dunia merupakan ladang menanam kebaikan yang nanti bisa dipetik di akhirat. Yang bisa melakukan ha itu hanya orang yang optimis.

Orang yang mudah putus asa menganggap masa depan selalu suram, hidup tanpa harapan, putus asa. Mereka menganggap apa yang dikerjakan sebatas untuk kehidupan dunia, setelah itu tidak ada balasannya. Dia tidak memahami pernyataan Nabi Muhammad “ Adunnya mazroatul akhirah”. Dunia ini adalah jembatan menuju akhirat.

Orang yang mudah putus asa karena jiwanya sempit, ilmunya dangkal dan imannya tipis. Jika wawasan luas dan ilmu mendalam serta imannya kuat, seseorang memiliki kesanggupan kerja yang maksimal. Pikirannya jauh ke depan serta tidak picik pandangannya.

Dia alergi sikap putus asa, karena sikap tersebut berarti tidak percaya kepada Tuhan. Tuhan selalu mendengarkan permintaan hamba-Nya sepanjang dia sendiri yakin akan do`anya sendiri.